Hanya Orang Gila yang Mau Baca !

Ini benar-benar gila, bagaimana bisa Anda berniat untuk membaca tulisan yang berjudul "Hanya Orang Gila yang Mau Baca" ini? Hehehe.... Tapi semua ini bukan berarti saya ingin mengatakan bahwa Anda gila. Justru saya tahu bahwa Anda adalah orang yang sehat secara akal dan saya ingin mengajak Anda untuk berpikir gila. Wah maksudnya? Gak bener ini... Gak boleh ini... Kok gitu?

Dunia semakin berkembang dan semua orang akan semakin bersaing secara ketat. Sebenarnya tulisan ini adalah pesan bagi diri saya sendiri untuk menjadi menjadi lebih baik dan lebih pandai bersyukur. Namun, saya rasa saya juga perlu menularkannya kepada Anda. Saya juga ingin meresonansi Anda. Saya ingin memancarkan gelombang positif saya saat ini agar dapat menggetarkan gelombang positif dalam diri Anda.

Jadi, ini adalah tulisan pengingat bagi saya dan juga Anda. Saya mengajak Anda untuk beresonansi bersama menggetarkan yang ada disekitar kita dengan gelombang positif yang terus memancar dan tiada henti.

Mungkin ini hanya angan, hanya mimpi namun perlu Anda ingat juga bahwa hal-hal besar diluar sana juga awalnya hanyalah mimpi, mimpi yang terus diperjuangkan hingga akhirnya jadi dan bisa diwujudkan.

Ketika saya menulis artikel ini saya sedang duduk di sebuah sudut ruangan di kos-kosan tempat saya biasa mengajar les privat fisika untuk anak-anak SMA. Mengisi waktu luang saya ingin memposting artikel lagi di blog ini. Maklum, sebagai seorang blogger saya termasuk blogger yang tidak pandai menulis hingga akhirnya sangat jarang sekali update. Apalagi dengan kesibukan di dunia offline yang semakin menjadi-jadi.


Judul diatas sebenarnya tidak nyambung sih dengan tulisan yang mau saya tulis ini, tapi tidak apa-apa lah. Lanjutin aja bacanya.

Akhir-akhir ini (sebenarnya dari dulu) saya sering mengamati orang-orang yang menarik menurut saya yang kebetulan saya lihat dijalan. Sering ketika saya masih kuliah dulu melihat ada seorang pengemis laki-laki yang mengenakan baju compang-camping. Tangannya terlihat putung (tidak punya tangan sebelah) namun sebenarnya disembunyikan dibalik baju.

Suatu ketika saat saya sedang makan siang di warung langganan dekat kampus pengemis itu datang. Setelah pergi ada segerombolan bapak-bapak (mahasiswa pascasarjana) yang memperbincangkan tentang pengemis itu. Salah seorang mengatakan bahwa sebenarnya pengemis itu punya mobil yang tidak bisa di bilang murah. Pernah terpergok di daerah pasar besar di kota saya tinggal memarkir mobilnya kemudian mengganti baju dengan baju compang-campingnya.

Dilihat sekilas sih bisa jadi cerita itu benar, karena dari segi penampilan pengemis itu tidak jujur. Tangannya yang sebenarnya masih lengkap dan sehat sengaja disembunyikan sebelah di balik baju agar terlihat cacat.

Pikiran saya pun melayang-layang membayangkan, misal setiap orang memberi uang Rp. 2.000 pada pengemis itu maka dalam sehari apabila ada 100 orang yang memberi, pengemis itu bisa menghasilkan Rp. 200.000/hari, Gila!!? Jangankan 100 orang, 50 orang saja bisa dapet Rp. 100.000. bro... Banyak kan?

Dengan estimasi pendapatan pengemis Rp.100.000/hari dan sebulan dihitung 25 hari kerja, sebulan berarti pengemis itu bisa dapet Rp.100.000 x 25 = Rp. 2.500.000. Pendapatan mengemis itu jauh lebih besar dari gaji seorang guru honorer yang mungkin hanya mendapat Rp. 100.000 - Rp.300.000 per bulan. Gila bukan?

Saya tidak tahu persis sebenarnya bagaimana keadaan sesungguhnya pengemis itu dan bagaimana rasanya menjadi seorang pengemis. Tapi catatan saya adalah mengemis berpeluang memberikan pendapatan cepat dan banyak pada kita, tapi jangan jadikan mengemis sebagai profesi. Mengapa saya sebut profesi? Kalau mengemis dilakukan setiap hari itu artinya meminta bukan karena memang tidak mampu namun meminta (mengemis) sebagai  pekerjaan.

Ketika mengemis dijadikan sebagai pekerjaan maka kemalasanlah yang sedang dilakukan orang itu. Dia tidak benar-benar fakir. Namun, memfakirkan diri yang sebenarnya mampu, mencacatkan diri yang sebenarnya sehat, dan tidak mau mensyukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan.

Untuk itu mari kita renungkan kembali kepada siapa baiknya kita memberi?

Sering saat saya perjalanan keluar kota saya naik bus. Biasanya di bus banyak sekali pengamen, pengemis dan penjual asongan. Mana yang paling sering kita respon? Biasanya kalau tidak pengemis yang pengamen. Bagaimana dengan pedangan asongan? Kita sering abai padahal para pedagang asongan inilah yang sedang berjuang mati-matian untuk menghidupi keluarganya nya dengan cara yang benar, cara yang baik, tanpa menipu seperti pengemis yang saya sebutkan di awal tadi.

Kembali saya ingin bercerita, di sebuah daerah yang selalu saya lewati saat berangkat kerja saya sering melihat  ada kakek-kakek dengan sepeda nya duduk di pinggir jalan dekat perempatan menjajakan jajanan dan kerupuk. Tampak meskipun kekurangan kakek ini tetap berjuang dengan penuh kesabaran menjajakan dagangannya, berharap ada pengendara yang berhenti dan membeli dagangannya.

Di tempat lain saya sering melihat seorang nenek yang usianya saya perkiraan diatas 65 tahun. Namun, beliau masih memiliki semangat yang tinggi. Dengan gerobak dorongnya menjual jajanan di sekolah-sekolah sambil berjalan kaki. Bayangkan seorang nenek-nenek yang usianya sudah "sepuh" melakukan hal ini seorang diri.

Semua hal yang saya ceritakan diatas benar-benar ada dan saya lihat secara langsung.

Hikmah apa yang bisa kita ambil?

Sebagai manusia yang telah diberi nikmat yang sangat besar oleh Tuhan, hendaknya kita menyukuri nikmat itu, nikmat tangan, nikmat akal, nikmat kekuatan, nikmat sehat dan nikmat-nikmat lainnya.

Hanya orang yang tidak pandai bersyukurlah yang akhirnya menjadi kufur atas nikmat itu.

Kita sebagai termasuk orang yang masih tergolong muda harus bisa bergerak secara benar, secara jujur dengan etos kerja yang tinggi mewujudkan mimpi-mimpi dan menghidupi keluarga.

Jangan mudah menyerah dan jangan suka mendapatkan sesuatu yang instan. Berjuanglah dengan penuh kesyukuran seberapa kecil pun hasil yang engkau dapatkan.

Heru Satria
Heru Satria Menjadi Blogger sejak 2009. Saat ini sedang fokus mengembangkan minat dibidang bisnis dan digital marketing.